Iklan Fauzi

Dengan Pendekatan Humanis Atasi Masalah Sosial di Balik Revitalisasi Lapangan Merdeka

GLOBALMEDAN.COM, MEDAN – Sebagai salah satu program prioritas, penataan kawasan Kota Lama Medan serta revitalisasi Lapangan Merdeka menjadi hal penting yang mendapat perhatian khusus Wali Kota Medan Bobby Nasution. Selain ingin menata estetika tata kota menjadi lebih baik dengan tetap menjaga nilai-nilai historis yang ada,  revitalisasi  yang dilakukan juga sebagai upaya  untuk menghadirkan rasa nyaman bagi seluruh masyarakat.

Atas dasar itulah, setiap rencana yang dilakukan menantu Presiden Joko Widodo ini selalu dipersiapkan dengan matang dn humanis. Salah satunya rencana revitalisasi Lapangan Merdeka, Bobby Nasution masih mencari solusi yang terbaik mengingat masih ada masyarakat, terutama pedagang buku bekas  melakukan kegiatan ekonomi di kawasan lapangan bersejarah tersebut. Orang nomor satu di Pemko Medan ini tidak ingin ada masalah sosial yang terjadi sehingga masyarakat dirugikan terkait dengan revitalisasi tersebut.

“Revitalisasi Lapangan Merdeka sudah kita rencanakan dari sejak kemarin. Namun  dalam pelaksanaannya, kita tidak ingin ada masyarakat yang dirugikan. Kita harus melakukan pendekatan dan membicarakan kepada mereka untuk direlokasi ke tempat lain sehingga tidak terjadi keributan,” kata Bobby Nasution usai rapat dengan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi terkait Rencana Relokasi Kios Pedagang, Rabu lalu.

Terkait itu, suami Ketua TP PKK Kota Medan Kahiyang Ayu ini mengaku, Pemko Medan sedang menyiapkan proses relokasi para pedagang. Hal ini sebagai bukti bahwa Bobby Nasution benar-benar melibatkan dan mendengar aspirasi masyarakat terkait rencana revitalisasi lapangan yang pada zaman Belanda itu disebut de Esplanade.

Langkah humanis Bobby Nasution dalam menyikapi keberadaan pedagang buku bekas ini pun mendapat apresiasi dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas HKBP Nomensen Dr Drs Marlan Hutahaen. Dikatakan Marlan, hal itu memang harus dilakukan sejalan. Artinya, pemerintah memiliki tugas untuk mensejahterakan rakyatnya yang tidak telepas dari UUD 45.  Di level kabupaten/kota dalam hal ini Bobby Nasution, jelasnya, menjalankan fungsi pelayanannya melalui pembangunan di segala bidang. Apalagi  dalam konteks revitalisasi, imbuhnya, memiliki maksud, arti dan tujuan yang baik.

“Pertama, berfungsi untuk mengembalikan Lapangan Merdeka sebagai paru-paru Kota Medan dan ruang terbuka hijau sekaligus ruang publik untuk bisa bercengkrama dan berkomunikasi sesuai peruntukannya. Ya, saya sangat setuju jika Lapangan Merdeka dikembalikan ke fungsi asalnya,” bilang Marlan ketika dihubungi, Rabu (23/2).

Dalam melakukan relokasi, Marlan menyarankan, sedapat mungkin agar bagaimana para pedagang buku bekas tetap dapat memiliki pelanggan dan pembeli.  Paling tidak, harapnya, akses menuju lokasi relokasinya sangat bisa terjangkau. “Kita bisa lihat contoh di Yogyakarta, para pedagang di kawasan Malioboro dibuatkan tempat seperti Teras Malioboro,” tambahnya.

Ditambahkan Marlan, lokasi relokasi haruslah yang strategis. Selain itu rencana relokasi juga menjadi tantangan bagi pemerintah untuk bisa ikut serta mensosialisasikan ke masyarakat selaku pelanggan dan pembeli buku bekas, agar mendapatkan informasi terkait lokasi dan kemudahan mereka untuk menjangkaunya.

“Kalau saya boleh menyarankan sebagai pendapat publik, rumah sakit milik PTPN yang tidak terpakai lagi di kawasan Jalan Putri Hijau itu juga sangat bagus sekali. Sebab, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat karena di sekitarnya di keliling tempat-tempat pelayanan publik dan tempat umum jadi orang-orang akan ramai juga di sana. Apalagi  jika ditambahkan dengan adanya lokasi kuliner. Yah, mungkin bisa dibangun komunikasi dengan pihak terkait,” sarannya.

Disinggung tanggapannya terkait rencana revitalisasi Lapangan Merdeka yang sejalan dengan penataan kawasan Kota Lama Medan, Marlan mengaku hal itu perlu dilakukan karena setiap kota harus memiliki iconnya. “Jika Yogyakarta dengan tugunya, Medan juga bisa diwujudkan dengan Kesawannya. Yah, ada istilah nostalgic tourism. Artinya, bagi sebagian orang yang punya cerita dan kenangan di masa lampau di Kota Medan, pasti ingin juga kembali bernostalgia merasakan hal-hal lalu,” terangnya.

Marlan juga mengaku komunikasi dan kolaborasi yang dilakukan Bobby Nasution dengan semua stakeholder sangat penting dilakukan, apalagi hal tersebut dilakukan untuk kepentingan masyarakat. “Ya tentu butuh dukungan dari semua pihak agar rencana baik bisa terealisasi. Ini juga bisa dikatakan untuk mengubah wajah Sumut sekaligus Kota Medan yang menjadi ibukotanya,” papar akademisi sekaligus Kaprodi Magister Ilmu Administrasi Program Pascasarjana Universitas HKBP Nomensen tersebut.(rizky)

Beri balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.